BANYUWANGI - Festival Islami Musik Patrol dan Kuntulan menyemarakkan suasana malam Ramadan di pusat kota Banyuwangi. Lima kelompok musik patrol dan lima kelompok penari kuntulan menghibur masyarakat yang hadir dari berbagai daerah. Festival resmi dibuka oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, di lapangan parkir depan Stadion Diponegoro, pada pukul 21.00 WIB, Senin (25/3/2024).
<iframe width="560" height="314" src="//www.youtube.com/embed/vyqSuQAcdLk?si=FYZOmsWXNiBQKAK9" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe>(Persiapan peserta lomba patrol dan kuntulan dari Kecamatan Cluring)
Pembukaan ini ditandai dengan pemukulan alat musik terothok oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, dilanjutkan dengan penampilan para peserta patrol yang membawakan alunan musik patrol yang sangat indah dan menghibur para tamu undangan dan masyarakat yang hadir. Walau sempat di guyur hujan para pendukung peserta lomba dan penonton sangat antusias melihat jalannya acara.
Peserta lomba, baik musik patrol dan tari kuntulan merupakan finalis hasil seleksi dan penilaian dewan juri melalui video yang dibuat oleh para peserta lomba sejak awal ramadhan. Ada 5 kecamatan yang masuk dalam final lomba patrol dan kuntulan tahun ini. Diantaranya, Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Glagah, Kecamatan Cluring, Kecamatan Blimbingsari, dan Kecamatan Singojuruh.
Khususnya musik patrol, merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah lama berkembang di Banyuwangi. Musik yang satu ini sangat identik dengan bulan Ramadhan. Saat Ramadhan tiba, patrol atau ronda sambil membawa beberapa alat musik yang terbuat dari bambu, sering dilakukan warga untuk membangunkan orang-orang saat sahur.
Untuk melestarikan tradisi (nguri-uri budaya), tepat di bulan Suci Ramadhan 1445 Hijriah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi menggelar Festival Musik Patrol dan Tari Kuntulan (Kundaraan). Bahkan, festival islami yang identik dengan bulan ramadhan ini selalu masuk dalam Kalender Banyuwangi Festival.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, festival patrol dan kuntulan sengaja digelar untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini sudah mulai tergeser. Menurutnya, patrol adalah tradisi unik karena hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadhan.
"Patrol dan kuntulan adalah tradisi kebersamaan yang harus kita lestarikan. Seperti patrol, tradisi ini tidak hanya membangunkan orang untuk makan sahur, tapi juga menjaga keamanan lingkungan. Melalui festival semacam ini, kita coba membangkitkan kembali tradisi lama yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat, " kata Ipuk.
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|
Festival patrol dan kuntulan ini, imbuh Ipuk, juga melibatkan para budayawan sebagai kurator. Disamping juga melibatkan seniman-seniman muda yang pandai mengemas patrol menjadi sesuatu yang berbeda.
"Dengan memasukkan patrol ke dalam Banyuwangi Festival ini, akan mendorong komunitas yang tumbuh punya panggung yang lebih luas untuk menampilkan kreativitasnya, " ujar Ipuk.
Salah satu peserta merasa bangga bisa tampil dalam acara lomba patrol dan kuntulan tahun ini. Ia mengatakan walau hujan badai tidak akan menyurutkan semangat untuk tampil dalam ajang festival tahunan yang di selenggarakan Pemkab Banyuwangi ini. "Kalah menang tak jadi masalah, terpenting sudah memberikan penampilkan sebaik mungkin di depan dewan juri dan Bupati Banyuwangi, " ujarnya.
Tampak pula di tengah undangan yang hadir, perwakilan Polresta Banyuwangi, Lanal Banyuwangi, dan Kodim 0825/Banyuwangi, Ketua DPRD Banyuwangi Made Cahyana Negare dengan beberapa anggotanya, serta para kepala SKPD lainnya. Mereka terlihat lebur di tengah penonton. Selain itu juga terlihat beberapa wisatawan asing yang tampak begitu antusias menikmati pertunjukan tersebut bersama anggota keluarganya. (***)